TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Petani kopi lereng Hyang Argopuro, khususnya di Kawasan Maesan Bondowoso, mulai ikut bersaing di pasar global. Pasalnya produk kopi Robusta Hyang Argopuro diekspor ke Australia.
Pelepasan ekspor Robusta Bondowoso Est Java Natural, KUB (Kelompok Usaha Bersama) Doa Coffee Maesan itu dipimpin langsung Wakil Bondowoso, As'ad Yahya Syafi'i, Jumat (5/12/2025).
Tampak hadir di acara pelepasan tersebut, Adm Perhutani KPH Bondowoso Misbakhul Munir; Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Jember, Achmad; Kepala Dinas Pertanian, Mulyadi dan sejumlah pihak terkait lainnya.
Ketua KUB Doa Coffee sekaligua petani kopi, Dani Firsada menjelaskan, ekspor kopi ini merupakan rangkaian business matching yang difasilitasi oleh Bank Indonesia (BI).
Menurutnya, dari rangkaian pertemuan bisnis itu, Australia kemudian menyampaikan surat ketertarikan hingga akhirnya berujung pada penandatanganan kontrak.
Adapun kuantitas kopi yang diekspor kali ini yakni 4 ton kopi Robusta bentuk green bean, dengan nilai Rp 73.000 per kilogram.
Sebenarnya kata dia, juga ada permintaan kopi Arabica Bondowoso. Tetapi musim panen sudah selesai, dan hanya tersisa Robusta di gudang dan kelompok tani.
“Tahun 2026 tembus di angka 6,8 miliar rupiah. Dan itu pembayaran expert, beli tunai,” katanya saat dikonfirmasi.
Kopi 4 ton yang diekspor itu, dikumpulkan menjadi satu dengan kopi dari berbagai daerah lain, karena pihak Australia Brand Specialty menginginkan kopi original dari masing-masing daerah di Indonesia.
Menurutnya, pihak Australia akan menyimpan satu kontainer kopi yang terdiri dari Kopi Gayo, Kopi Robusta dan Kopi Mandailing.
“Mudah-mudahan ini barokah untuk semua petani Bondowoso. Ini langkah besar petani Maesan. Karena teman-teman mungkin tahu, Maesan gak ada bagusnya tentang kopi. Tapi hari ini kita buktikan tidak semua kopi di Maesan jelek,” tegasnya.
Dirinya memastikan, bahwa ekspor Kopi Robusta akan memakai brand Kopi Bondowoso bukan nama daerah lain.
Sebab lanjut dia, Australia sudah mengirimkan karung sendiri lengkap dengan kode produksi. Mulai kode negara, kode provinsi, kode kabupaten hingga kode petani.
“Sampai detail begitu, dan itu terarsip. Sekarang kita tidak bisa dibohongi kopi itu dari mana,” paparnya.
Ia mengungkapkan, ekspor ini merupakan langkah agar seluruh elemen di sektor kopi bisa sejahtera.
Bahkan kata dia, upah buruh kebun kopi per hari Rp 100 ribu mulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Sementara kalau pukul 07.00-11.00 WIB Rp 50 ribu. Artinya upah mereka sudah di atas UMR, sementara UMR Bondowoso sekitar Rp 2 juta lebih.
“Mudah-mudahan melambungnya harga kopi, meningkatnya mutu kopi Bondowoso. Semua mulai buruh kebun, pemilik kebun, hulu-hilir, semua merasakan,” ujarnya berharap. (*)
| Pewarta | : Moh Bahri |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |