https://bondowoso.times.co.id/
Berita

Petani Tembakau Bondowoso Terdesak Cuaca dan Pasar

Rabu, 22 Oktober 2025 - 16:31
Petani Tembakau Bondowoso Terdesak Cuaca dan Pasar, Telat Panen dan Harga Anjlok Tembakau di Kabupaten Bondowoso belum dipanen, harga anjlok terkendala cuaca dan telat tanam (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Musim panen tembakau tahun ini menjadi masa sulit bagi para petani di Bondowoso. Cuaca tak menentu dengan kondisi kemarau basah, ditambah serapan pasar yang rendah membuat hasil panen menurun tajam. 

Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Bondowoso, menyampaikan kondisi tersebut saat menemui DPRD setempat, Selasa (21/10/2025) kemarin sore. 

Ketua APTI Bondowoso, Muhammad Yazid, sari total 8.000 hektar sekitar 30 persen lahan tembakau di Bondowoso belum bisa dipanen. 

“Penanaman tahun ini mundur karena faktor cuaca, sementara gudang-gudang tembakau sudah mulai tutup,” ungkapnya.

Keterlambatan tersebut berdampak besar terhadap produktivitas. Jika pada musim sebelumnya hasil panen tembakau sawah mencapai 1,2 ton per hektar, tahun ini hanya sekitar sembilan kwintal. 

“Serapan pasar rendah, harga juga turun 10 hingga 15 persen,” kata Yazid.

Ia menuturkan, harga rajangan yang tahun lalu masih di kisaran Rp60 ribu per kilogram kini merosot menjadi Rp50 ribuan. Kondisi itu membuat petani kesulitan menutup biaya produksi. 

Karena itu, APTI meminta DPRD membantu mencarikan solusi agar hasil panen petani tetap terserap. 

“Kami harap ada langkah proaktif, bagaimana pabrikan bisa menyerap seluruh tembakau petani,” ujarnya.

Selain terpukul oleh hasil panen, petani tembakau juga cemas menghadapi kabar turunnya Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) tahun depan. 

Pagu DBHCHT Bondowoso yang tahun 2025 mencapai Rp 65 miliar diperkirakan hanya tinggal Rp 34 miliar pada 2026. “Turun hampir 50 persen,” kata Yazid prihatin.

Ia menegaskan, APTI meminta agar dana yang tersisa difokuskan untuk peningkatan kualitas bahan baku tembakau, bukan untuk komoditas lain. 

“Kami harap anggaran yang ada dimaksimalkan untuk mendukung peningkatan mutu tembakau lokal,” tegasnya.

Yazid juga menyoroti persoalan klasik yang belum terselesaikan, yakni proses pengeringan tembakau yang masih bergantung pada sinar matahari. Dengan kondisi cuaca ekstrem seperti tahun ini, ia menilai perlu ada inovasi pascapanen berbasis teknologi. 

“Pemerintah sebaiknya membantu menghadirkan alat pengering, agar mutu tembakau tetap terjaga meski tanpa panas matahari,” ucapnya. (*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bondowoso just now

Welcome to TIMES Bondowoso

TIMES Bondowoso is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.