https://bondowoso.times.co.id/
Berita

Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW di Tengah Kericuhan Menurut Kiai Nawawi

Jumat, 05 September 2025 - 17:42
Memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW di Tengah Kericuhan Menurut Kiai Nawawi Ulama muda Jatim, KH Nawawi Maksum memberikan pandangan makna Maulid Nabi Muhammad SAW (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)

TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Umat Islam di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia memperingati kelahiran atau Maulid Nabi Muhammad SAW, setiap tanggal 12 Rabiulawal. 

Tahun ini, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada Hari Jumat Tanggal 5 September 2025. 

Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengenang kelahiran manusia paling agung tersebut. Mulai menggelar pengajian, sholawat dan ritual Maulid dengan suguhan beragam buah-buahan. 

Namun yang tak kalah penting dari peringatan tersebut adalah memaknai Maulid Nabi dengan melahirkan kembali keteladanan Nabi Muhammad, di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 

Berikut hasil wawancara eksklusif TIMES Indonesia dengan ulama muda Jatim, KH Nawawi Maksum. Menurutnya, maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya momentum mengenang kelahiran manusia agung, tetapi juga kesempatan untuk menyerap makna terdalam dari hadirnya beliau di muka bumi. 

Pengasuh Pondok Pesantren Nurut Taqwa Cermee tersebut menegaskan, Rasulullah lahir di tengah suasana kacau, di mana ketidakadilan, permusuhan, dan kesombongan kekuasaan begitu berkuasa. Namun justru sejak kelahirannya, tanda-tanda kedamaian hadir. 

Ia mengungkapkan kisah yang paling masyhur adalah runtuhnya pasukan bergajah Abrahah, yang hendak menghancurkan Ka'bah. Tanpa pertumpahan darah dari pihak manusia, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Amarah pasukan itu padam, kesombongan mereka runtuh, dan rumah suci pun tetap terjaga.

“Pesan ini begitu jelas. Kehadiran Nabi membawa cahaya, bukan api; membawa ketenangan, bukan provokasi; mengajak pada kesatuan, bukan perpecahan,” paparnya, Jumat (5/9/2025). 

Menurutnya, jika melihat pada kondisi bangsa Indonesia hari ini, dapat disaksikan maraknya aksi demonstrasi yang berujung anarkis. Fasilitas umum dibakar, ruang publik dirusak, dan amarah seakan menjadi bahasa sehari-hari dalam menyuarakan aspirasi. 

Padahal kata dia, esensi perjuangan sejati bukanlah menyalakan api kebencian, melainkan menghadirkan solusi dengan damai. 

“Saya pribadi sangat setuju menyuarakan keresahan di muka umum. Tapi saya mengecam siapapun yang berupaya memanfaatkan situasi untuk membuat gaduh,” tegasnya.

Oleh karena itu lanjut dia, Maulid Nabi mengingatkan bangsa ini, bahwa sebesar apa pun masalah, jawabannya bukan dengan menghancurkan, melainkan membangun; bukan dengan memadamkan harapan, melainkan menyalakan cahaya kasih sayang. 

Ia mengungkapkan, Rasulullah adalah teladan bahwa kedamaian selalu lebih kuat daripada kekerasan, dan kelembutan mampu menundukkan amarah yang paling garang sekalipun.

“Maulid Nabi seharusnya menjadi ikrar bersama bahwa bangsa ini akan meneladani beliau dengan menjaga persatuan, merawat kedamaian, serta mengedepankan akhlak mulia di atas segala perbedaan. Karena sejatinya, Indonesia yang damai adalah cerminan cinta kita kepada Rasulullah,” paparnya. 

Penceramah kondang ini juga memberikan apresiasi kepada pemerintah, khususnya Polri yang telah bertindak tegas kepada orang-orang yang diduga provokator dalam pengrusakan hingga penjarahan. 

“Bahkan Polri juga menindak tegas anggotanya yang dianggap melanggar dalam pengamanan aksi demonstrasi. Ini menurut saya sudah fair dan tegas,” pungkasnya. (*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bondowoso just now

Welcome to TIMES Bondowoso

TIMES Bondowoso is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.