TIMES BONDOWOSO, JAKARTA – Gelombang demonstrasi yang melanda Indonesia dalam beberapa pekan terakhir tak hanya mengguncang politik domestik, tetapi juga menjadi sorotan utama media internasional. Pemberitaan dari BBC, The New York Times, Al Jazeera, AP, Washington Post hingga media Tiongkok menyoroti intensitas protes, jatuhnya korban jiwa, hingga dampak ekonomi yang ditimbulkan.
BBC dan Reuters melaporkan Presiden Prabowo Subianto membatalkan kunjungannya ke Tiongkok demi menangani eskalasi demonstrasi di tanah air. Aksi massa dipicu oleh kontroversi tunjangan anggota DPR, yang dinilai tidak wajar di tengah kesulitan ekonomi rakyat.
Reuters menambahkan, beberapa gedung DPRD di daerah dibakar, sementara rumah sejumlah anggota parlemen di Jakarta diserang massa. Presiden memperingatkan bahwa aksi yang "mengarah pada pengkhianatan" akan ditindak keras aparat keamanan.
Di Amerika Serikat, The New York Times dan Politico menyoroti sisi kemanusiaan dari krisis ini. Kematian seorang pengemudi ojek daring akibat kendaraan aparat di Jakarta menjadi pemicu gelombang simpati publik.
Demonstrasi mahasiswa dan masyarakat sipil dinilai akan berlanjut, meski pemerintah berusaha menenangkan situasi dengan membekukan tunjangan dan perjalanan luar negeri anggota DPR. Media tersebut menekankan bahwa Presiden Prabowo kini menghadapi ujian besar dalam menjaga stabilitas demokrasi.
Laporan AP memuat detail tentang kebijakan yang digulirkan Presiden Prabowo Subianto sebagai respons terhadap demonstrasi yang mematikan—termasuk penghapusan tunjangan rumah sebesar $3.000 per bulan dan penangguhan kunjungan luar negeri untuk anggota DPR.
AP juga menyoroti kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojek daring berusia 21 tahun yang tewas setelah terserempet kendaraan polisi saat protes di Jakarta yang kemudian menjadi katalis maraknya kerusuhan di berbagai kota.
Presiden Prabowo mengekspresikan dukungan terhadap kebebasan berpendapat sekaligus mengutuk aksi kekerasan, serta menjanjikan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut.
Sementara itu, melalui liputannya, Washington Post menggarisbawahi dimensi konflik yang lebih luas—yakni tuntutan transparansi pemerintahan, hak-hak pekerja, dan akuntabilitas politik.
Mereka memaparkan insiden pembakaran gedung pemerintah di Makassar, yang merenggut nyawa beberapa pegawai, serta kenangan akan kekerasan serupa di Bandung dan Jakarta.
Media ini mengutip pengamat HAM seperti Andreas Harsono yang menyorot betapa terpencarnya hubungan antara elite politik dan masyarakat sipil menjadi salah satu akar penyebab protes in
Sementara itu, Al Jazeera memberi penekanan pada faktor ekonomi dan sosial yang melatarbelakangi amarah publik. Media yang berbasis di Doha ini melaporkan bahwa inflasi, ketimpangan, serta kekerasan aparat memperburuk krisis politik.
Unjuk rasa terus meluas ke kota-kota besar seperti Bandung, Yogyakarta, dan Makassar, disertai gas air mata, bentrokan, dan aksi pembakaran. Al Jazeera juga menyoroti seruan masyarakat sipil agar pemerintah menjamin transparansi investigasi terkait korban sipil.
Dari Beijing, media Tiongkok seperti SCMP menyoroti sisi keamanan. Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta mengeluarkan imbauan kepada warganya agar menjauhi kerumunan. Peringatan itu dikeluarkan setelah Presiden Prabowo membatalkan kunjungannya ke Tiongkok, yang sedianya menjadi agenda penting kerja sama bilateral.
Dampak demonstrasi juga terasa di pasar keuangan. Financial Times mencatat indeks saham Indonesia sempat jatuh hingga 3,6 persen, sebelum sedikit pulih. Rupiah sempat menguat tipis, namun yield obligasi 10 tahun naik, menandakan kegelisahan investor. Bank Indonesia pun menyatakan siap menjaga stabilitas kurs di tengah gejolak.
Rangkaian pemberitaan tersebut menggambarkan bagaimana krisis politik di Indonesia kini menjadi perhatian global. Sorotan media asing menekankan bahwa isu tunjangan parlemen hanyalah pemicu; di baliknya terdapat keresahan sosial-ekonomi dan krisis kepercayaan publik terhadap elite politik.
Kegelisahan rakyat dan kekecewaan mereka kini tertuang melalui gelombang protes tak berujung. Dunia kini menanti, apakah Indonesia mampu menjawabnya dengan keberanian politik dan empati kemanusiaan. Pray for Indonesia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gelombang Protes Indonesia Jadi Sorotan Dunia, Dari BBC hingga Al Jazeera
Pewarta | : Khodijah Siti |
Editor | : Khodijah Siti |