TIMES BONDOWOSO, SURABAYA – Said Aqil Siroj Center (SASC) menyelenggarakan resepsi peringatan ulang tahun ke-72 Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj, MA pada Sabtu (26/7/2025) malam di Masjid Muhammad Cheng Hoo, Surabaya.
Acara bertajuk “Milad Kang Said Ke-72” ini menjadi ruang refleksi kebangsaan, spiritualitas, dan masa depan teknologi berbasis nilai.
Acara dibuka dengan doa oleh Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz, kemudian dilanjutkan dengan sesi sambutan-sambutan.
Ketua Panitia Milad, Ino Mulyadi, menyampaikan bahwa peringatan ini bukan sekadar gebyar selebrasi usia.
Wagub Jatim Emil Dardak bersama Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA, Sabtu (26/7/2025). (FOTO: Dok. SASC)
"Perayaan milad ini bukan hanya tentang peringatan bertambahnya usia. Tetapi juga penyala semangat baru untuk terus menebar kebaikan, menyebarkan kedamaian, dan memperjuangkan persatuan bangsa," ujar Ino.
Wakil Ketua SAS Center, Dr. Suryandaru, turut menegaskan, bahwa SAS Center kini diisi oleh banyak anak muda yang meneruskan pemikiran visioner Kang Said tentang Islam Nusantara dan pluralisme kebangsaan.
Menurutnya, Prof Said Aqil bukan hanya tokoh milik Nahdlatul Ulama, tetapi juga milik Indonesia. Beliau adalah simpul kebangsaan juga tokoh lintas agama.
"Kami yang muda-muda di sini ingin menjadi penerus pemikiran beliau, yang salah satunya adalah bagaimana Islam yang masuk ke Indonesia tidak mengikis budaya tradisi di Indonesia," ucap Suryandaru.
"Kami berkumpul bersama dengan keyakinan yang berbeda-beda ingin ikut membangun Indonesia," imbuhnya.
Turut hadir Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, yang didaulat pula menyampaikan sambutan. Dari pandangannya, Prof Said adalah figur intelektual muslim yang terkemuka sebagai penggagas Islam Nusantara.
"Saya menemukan wisdom dan intelektual sekaligus dalam sosok beliau. Dari buah pemikirannya, Islam tidak hanya mengatur tentang akidah dan syariat saja," ujar Emil.
"Namun Islam adalah dinuts tsaqofah (agama ilmu pengetahuan), dinul hadloroh (agama peradaban), dan dinut tamaddun (agama yang menata kehidupan madani),"sambungnya.
Puncak acara adalah sarasehan bertema “Global Collaboration in Technology Education”.
Acara ini menghadirkan Dr. Arief Fahrudin; Ketua Umum Yayasan SAS Center, Dr. Sony H. Haribowo; Ketua Dewan Pakar SAS Center, dan Prof. KH. Said Aqil Siroj, dengan moderator Pendeta Andri Purnawan dari PGI (Persekutuan Gereja-gereja Indonesia) Wilayah Jatim.
Dalam paparannya, Prof Said menyoroti pentingnya nilai spiritual di tengah kemajuan teknologi.
Ia menyebut, negara-negara barat maju dalam teknologi dengan menggunakan pemberian Tuhan yang berupa al-quwwatun natiqoh (kekuatan intelegensi).
"Yang kedua, manusia punya al-quwwatun mutakholiyah (kekuatan ide) yang didorong oleh kemauan dan cita-cita (himmah). Nah, Barat berhenti di situ," tutur Kang Said.
"Islam lantas meneruskannya dengan an-nafqoh ar-robbaniyah (tiupan ketuhanan). Di situlah nilai-nilai universal masuk; iman, takwa, jujur dan nilai-nilai luhur lainnya yang itu ada di dalam kalbu kita," lanjutnya.
Pada kesempatan ini, SAS Center juga meresmikan SAS Digital Library serta menyerahkan penghargaan kepada sejumlah tokoh nasional dan regional.
Meski hari kelahiran Prof Said di tanggal 3 Juli, peringatan resmi tahun ini digelar akhir Juli dengan menggandeng masjid Yayasan Haji Muhammad ChengHoo Indonesia (YHMCHI).
Kegiatan ini didukung pula oleh berbagai unsur masyarakat, untuk mengukuhkan pesan kuat tentang pentingnya kolaborasi lintas iman, sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan lintas generasi. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Milad KH Said Aqil Siroj ke-72, Momentum Persatuan Bangsa dan Refleksi Peradaban Islam
Pewarta | : Lely Yuana |
Editor | : Ronny Wicaksono |