TIMES BONDOWOSO, SIDOARJO – Ali Arifin duduk bersandar di tembok bangunan Pondok Putri Ponpes Al Khoziny. Bersama puluhan orang tua atau wali santri, Arifin menunggu kabar sang putra. Matanya tak lepas dari layar ponsel yang menampilkan foto Khafa Ahmad Maulana (15).
Sejak hari pertama kejadian, warga Kabupaten Gresik ini bersama sang istri menunggu kabar tentang kondisi anaknya dari tim penyelamat yang terus bekerja di reruntuhan musala Ponpes Al Khoziny.
“Khafa sudah hampir tiga tahun mondok di MTS Ponpes Al Khoziny,” kata Ali Arifin kepada TIMES Indonesia, Minggu (5/10/2025).
Meski harapan menemukan sang anak dalam keadaan hidup semakin tipis, Ali berusaha tegar.
“Kami sekeluarga sudah ikhlas. Insya Allah anak saya syahid. Tapi kami berharap evakuasi bisa dipercepat, agar jenazah anak kami segera ditemukan.” harapnya.
Khafa merupakan santri kelas 3 MTS Al Khoziny. Saat musala ambruk pada Minggu pekan lalu, ia berada di dalam bangunan bersama puluhan santri lain yang sedang bersiap shalat.
Bersama Khafa, ada sepupunya, Muhammad Maulana Musyafak, yang juga berusia 15 tahun.
“Sepupunya berhasil selamat, tapi mengalami gegar otak dan sekarang dirawat di RS Siti Hajar,” tutur Ali.
Sejak hari pertama musibah, keluarga Ali bersama sang istri dan saudaranya tak pernah meninggalkan lokasi.
“Kami percaya, ini sudah kehendak Allah. Yang penting anak kami ditemukan, bisa kami pulangkan, dan kami makamkan dengan tenang,” ujarnya tegar. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Wali Santri Ponpes Al Khoziny: Kami Sudah Ikhlas, Insya Allah Anak Kami Syahid
Pewarta | : Rudi Mulya |
Editor | : Ronny Wicaksono |