TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Di Museum Terbuka Megalitikum Bondowoso (MTMB) Desa Pekauman, Kecamatan Grujugan, tampak semarak sejak Selasa 4 November 2025 dengan hadirnya Megalit Fest 2025.

Ratusan siswa dari jenjang SD, SMP dan SMA sederajat dilibatkan. Mereka datang bukan sekadar belajar sejarah, tetapi juga merayakan warisan peradaban kuno lewat Megalit Fest 2025.

Festival yang berlangsung hingga Jumat (7/11/2025) ini dikemas dalam konsep edukatif dan rekreatif, dengan berbagai lomba seperti vlog, video pendek, serta menggambar sketsa batu megalit. 

Para peserta juga diajak mengikuti kegiatan Edu Fun Tourism, menjelajahi situs-situs peninggalan megalitikum di sekitar Grujugan.

Kepala Bidang Kebudayaan Disparbudpora Bondowoso, Gede Budiawan mengatakan, kegiatan ini sebagai langkah besar dalam memperkenalkan kekayaan budaya Bondowoso.

Menurutnya, Megalit Fest menjadi momentum penting setelah PIMB (Pusat Informasi Megalitikum Bondowoso) resmi naik status menjadi Museum Terbuka Megalitikum Bondowoso (MTMB). “Ini pengakuan nasional atas upaya pelestarian situs megalit di daerah kita,” ujarnya.

Menurut Gede, Bondowoso yang dijuluki Kota Megalitikum memiliki 1.423 situs prasejarah tersebar di 22 kecamatan. Situs itu terdiri dari dolmen, menhir, hingga peti kubur batu. Kecamatan Grujugan sendiri merupakan kawasan dengan sebaran situs terbanyak.

Meski statusnya sudah meningkat, masih ada sejumlah fasilitas yang perlu dilengkapi sesuai rekomendasi Kementerian, seperti ruang baca, ruang laktasi, dan akses bagi penyandang disabilitas. 

“Namun hal itu tidak menghambat proses validasi museum, karena syarat utama sudah terpenuhi. Kekurangannya akan kami lengkapi bertahap,” tambah Gede.

Puncak Megalit Fest akan diisi pagelaran seni bertajuk “Sang Leluhur” serta peresmian resmi MTMB oleh Bupati Bondowoso, Sabtu (7/11/2025) malam. 

Sementara itu, Lucky Westiko Wati, guru yang mendampingi siswanya, mengapresiasi kegiatan tersebut. Ia menilai festival ini menjadi media belajar yang menyenangkan.

“Anak-anak baru tahu kalau Bondowoso punya lebih dari seribu situs megalitikum. Ini cara belajar sejarah yang seru dan kontekstual,” katanya.

Lucky juga menilai kegiatan ini sejalan dengan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) karena menggabungkan unsur belajar dan bermain. 

“Kami juga diarahkan untuk mengintegrasikan tema Ijen Geopark dan kearifan lokal dalam pembelajaran sekolah,” ujarnya. (*)