TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Desa merupakan unit penting dari negara. Selain menjadi pusat budaya, simbol keberagaman bahasa daerah dan ketahanan pangan, desa juga memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada ekonomi nasional. Masalahnya, desa sering dianggap tertinggal beberapa langkah dari kota, terutama dalam urusan pembangunan serta perputaran ekonomi. Tapi, apa jadinya jika sumber daya manusia di desa semakin kreatif dan inovatif, ditambah dengan bantuan teknologi seperti Artificial Intelligence (AI).
Potensi teknologi jika bersanding dengan kemampuan sumberdaya manusia yang mumpuni, tentu akan menciptakan berbagai kontribusi nyata terhadap negara. Seperti pemanfaatan AI untuk pertanian cerdas, efektifitas pelayanan publik, upgrading produk lokal sampai nasional hingga internasional dan pemerataan pendidikan.
Maka sangat perlu memperhatikan AI ini sebagai potensi yang serius untuk dipelajari oleh masyarakat desa. Sebab kemajuan sangat bisa dicapai oleh bangsa ketika komunal kecil seperti desa mau berkembang dan belajar untuk selalu berbenah.
Kita mulai dari pembahasan AI untuk pertanian yang lebih cerdas. Bisa dibayangkan ketika petani bisa tahu kapan waktu terbaik untuk menanam atau memanen hanya lewat aplikasi. AI bisa menganalisis kondisi tanah, cuaca, dan bahkan mendeteksi hama lebih cepat daripada mata manusia. Tetapi perlu diingat bahwa jika kecerdasan dan pengetahuan tidak dimulai dari karakter menjaga siklus ekosistem maka tentunya akan berbahaya.
Maka dalam hal berikut AI juga dapat menawarkan cara agar petani di desa tidak ketergantungan terhadap pupuk kimia dan pastisida. AI dapat dihadirkan terhadap para kelompok tani di desa guna menyeimbangkan pola pertanian tradisional bebrbasis kearifan lokal dan modern dengan tetap menjaga ekosistem.
Keberlangsungan sistem pertanian yang berbasis pada kearifan lokal di Indonesia sebenarnya didukung oleh pemerintah melalui berbagai regulasi yang mengawasi penggunaan pestisda, pupuk bersubsidi dan pupuk an-organik.
Pada situs web resmi Direktorat Jenderal Prasana dan Sarana Pertanian melaui Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, Perpres No. 77 tahun 2005 yang kemudian berubah menjadi Perpres No. 15 tahun 2011 tentang penetapan pupuk bersubsidi sebagai barang dalam pengawasan, Kepmentan No. 237 tahun 2003 tentang pengawasan pengadaan peredaraan dan penggunaan pupuk an-organik, Kepmentan No. 238 tahun 2003 tentang pedoman penggunaan pupuk an-organik dan peraturan lainnya.
Efektivitas regulasi tersebut masih menemui kendala mengingat data penggunaan pastesida di Indonesia mencapai 283 kiloton menurut data food and agriculture Organization of united nations pada tahun 2021, sehingga menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar ketiga pengguna pestisida setelah Brazil dan Amerika.
Selain pada aspek pertanian di atas desa sering punya kendala dalam akses informasi. Dengan AI, masyarakat bisa dapat informasi soal layanan publik, seperti pembuatan dokumen atau pembayaran pajak, pembuatan rancangan anggaran dana desa dan alokasi dana desa yang selama ini masyarakat seperti kurang perhatian terhdap itu semua.
Tapi, memang menerapkan transparansi pengelolaan desa dengan menggunaan AI itu akan menemukan tantangan besar seperti sikap acuh tak acuh dari masyarakat desa, kebiasaan praktik nepotisme di tingkat desa serta yang paling perlu diperhatikan adalah koruptor tingkat desa. Mungkinkah AI disini bisa membuat desa menjadi transparan dalam pengelolaannya, sangat mungkin ketika masa sudah mau untuk terus belajar berbenah.
Ketika pembangunan desa sudah stabil dengan transparansi yang tinggi, tentunya dampaknya adalah terbukanya lapangan pekerjaan yang berisi orang-orang kopeten dan tidak perlu khawatir anak muda akan sangat siap untuk berinovasi secara konsisten. Akhirnya anak muda yang paham dengan potensi AI akan memanfaatkan AI untuk menciptakan produk yang awalnya dikenal ditingikat lokal akan mendunia seperti halnya produk kerajinan atau makanan khas desa bisa dipasarkan secara digital ke seluruh dunia.
AI bisa membantu mencari pasar yang tepat, memprediksi tren, dan bahkan mengelola stok. Desa pun bisa bersaing di pasar global.
Jangan kaget ketika produk lokal atau kebudayaan lokal kita ada beberapa yang diklaim oleh negara lain, hal tersebut terjadi karena kita kurang memperhatikan potensi generasi muda dengan inovasinya yang sudah banyak belajar menggunakan AI. Anak muda di desa yang kritis dan memiliki pengetahuan terbarukan mengenai teknologi dan AI terkadang malah dianggap benalu, itu semua sungguh ironis.
Selain itu potensi AI juga hadir pada pendidikan di desa sekalipun. Jadi, kedepan jika masyarakat desa dapat megharmonikan pendidikan dan kebudayaan dengan kemahiran memanfaatkan AI bukan tidak mungkin desa dalam aspek perekonomian akan setara dengan perkotaan. Ya kita tunggu saja bagaimana reponsnya kedepan. .
Karena dengan AI, dahulu membuat materi pembelajaran itu sering dianggap sulit maka sekarang sangat mudah membuat itu semua. Membuat video pembelajaran, powerpoint pembelajaran, aplikasi pelatihan keterampilan, atau bahkan kursus online bisa membantu masyarakat desa mengembangkan kemampuan mereka tanpa harus pergi ke kota.
Jika AI dimanfaatkan dengan baik, desa bisa menjadi pusat inovasi baru yang berkontribusi besar pada negara. Masalahnya apakah masayarakat tingkat komunal kecil desa ini mau dan sanggup untuk melakukan perubahan dan pembenahan utamanya pemerintah desa, pemuda-pemudi desa, guru di desa, petani di desa dan semua yang hidup di desa yang memiliki peranan besar untuk pembangunan desa kini dan nanti tunggu saja.
***
*) Oleh : Ahmad Raziqi, Sekeretaris PAC GP Ansor Sumberwringin dan Dosen Prodi Ekonomi Syariah STAI Al Utsmani Bondowso.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |