TIMES BONDOWOSO, JEMBER – Rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember, Prof. Hepni menjadi pemateri dalam kegiatan siraman rohani Ramadan 1446 Hijriah Keluarga Besar Universitas Jember (UNEJ) di Masjid Al Hikmah, Jumat (21/3/2025).
Kegiatan bertema "Bahagia Bersama Al-Quran" ini digelar dalam rangka memperingati Nuzulul Qur’an. Dalam paparannya, Prof Hepni Zein menyampaikan sebuah kisah orang buta yang berjalan di gelap malam dengan membawa obor sebagai perumpamaan.
Tingkah orang buta ini sontak menjadikan warga heran, sebab ada atau tanpa obor si buta tak akan merasakan perbedaan, mengingat kondisinya yang tak bisa melihat. Si buta kemudian menjelaskan jika obor tadi memang bukan untuknya namun untuk warga. Tentu saja jawaban tadi membuat banyak orang tertawa. Namun penjelasan si buta selanjutnya yang membuat warga terkesima.
“Buta mata memang membuat orang tak bisa melihat sekitar, namun buta hati lebih bahaya sebab bisa melakukan kejahatan seperti korupsi Dan obat agar hati kita tidak buta adalah Al Qur’an dan hadist,” jelas Prof. Hepni kepada hadirin yang terdiri dari unsur pimpinan, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa UNEJ.
Menurutnya, Ramadan ini adalah momen luar biasa untuk bertafakur dan bertadabbur akan pemahaman kita terhadap Al Qur’an yang diturunkan di bulan Ramadan.
Menurut Rektor UIN KHAS Jember, Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk dan pembeda agar manusia bisa paham mana yang haq dan mana yang bathil. Al Qur’an bakal menjadi petunjuk dan pembeda jika kita memiliki hati yang bersih dan damai atau qolbun salim. Lantas bagaimana memiliki hati yang bersih dan damai ?
“Salah satu pelatihannya adalah dengan puasa Ramadan, sebab puasa menjadi sarana untuk terus memperbaiki diri. Melatih kita menjalani kebaikan yang mungkin tidak kita sukai, dan melatih kita menjauhi kejelekan yang justru sering kita lakukan,” tutur Prof. Hepni Zein.
Sementara dalam sambutannya, Rektor UNEJ mengajak keluarga besar UNEJ untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah di bulan suci ini, terutama di sepuluh hari terakhir. Pasalnya sesuai janji Allah SWT di sepertiga terakhir di bulan Ramadan adalah masa pembebasan dari api neraka.
“Mari kita tingkatkan pemahaman dan penerapan nilai-nilai Al Qur’an dalam keseharian untuk meraih ketenangan jiwa. Seraya berdoa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan tahun depan,” tutur Iwan Taruna. (*)
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |