TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Pemilihan Kepala Daerah Bondowoso 2024 sudah semakin dekat. Beberapa nama bermunculan dalam kandidat menuju kontestasi yang akan dilaksanakan secara serentak tersebut. Meski demikian, sejauh ini, hanya ada satu nama yang sudah pasti mendapatkan tiket untuk maju dalam suksesi lima tahunan tersebut.
Dia adalah Abdul Hamid Wahid atau biasa dipanggil Ra Hamid. Pria yang menjabat sebagai Rektor Universitas Nurul Jadid Probolinggo tersebut telah resmi mendapatkan rekomendasi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk bertarung dalam Pilkada mendatang. Seperti diketahui, dengan 16 kursi yang dimiliki PKB menjadi satu-satunya partai di Bondowoso yang berhak mengajukan calon sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Ra Hamid, bukanlah figur asing bagi warga Bondowoso. Sebab, dia pernah menjadi anggota DPR RI mewakili daerah pemilihan Bondowoso. Sebagai anggota dewan, Ra Hamid tentu sudah akrab dengan Bondowoso dengan segala dinamika dan problematika yang dimiliki. Apakah Ra Hamid memiliki sesuatu yang layak dijual di Bondowoso?
Apa yang Perlu Dijual di Bondowoso?
Dalam teori pemasaran politik (political marketing), seorang kontestan harus memiliki jualan yang tepat agar bisa menarik simpati Masyarakat. Sejauh mana seorang figur layak dipilih, akan ditentukan salah satunya oleh sejauh mana jualan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan pasar. Ayo kita mulai dengan mengidentifikasi kebutuhan Bondowoso. Kebutuhan ini terkait dengan permasalahan apa yang membutuhkan penanganan cepat untuk mewujudkan kemajuan di bumi Ki Ronggo ini.
Bondowoso adalah kawasan yang menyimpan potensi besar untuk dikembangkan. Bumi Bondowoso memiliki banyak anugerah. Penghasil kopi kualitas dunia, kawasan agraris penopang ketahanan pangan, penghasil tembakau dengan kualitas tinggi, bumi kaldera Ijen Purba, pusat situs megalitikum dan sebagainya, adalah sederet keunggulan Bondowoso.
Meski demikian, Bondowoso juga memiliki keterbatasan dibandingkan kawasan lain; misalnya Bondowoso menjadi satu-satunya daerah yang tidak memiliki kawasan laut di Tapal Kuda.
Hingga saat ini, keunggulan tersebut belum tergarap secara maksimal. Padahal jika dimaksimalkan, potensi tersebut akan menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar. Faktanya, tingkat ketimpangan (gini ratio) di Bondowoso masih berada di angka 0,350 di bawah Situbondo sebesar 0,326. Rumusnya, semakin tinggi angka gini ratio, semakin tinggi ketimpangannya.
Angka kemiskinan di Bondowoso juga tertahan di angka 13 % selama dua tahun 2022 dan 2023. Angka tersebut menjadi yang tertinggi se eks Kerisidenan Besuki (Radar Jember, 2023). IPM Bondowoso meski mengalami kenaikan, masih berada di angka 70,56 pada tahun 2023, di bawah Situbondo dengan 70, 65.
Berangkat dari gambaran tersebut, diperlukan upaya untuk mengakselerasi pembangunan di Bondowoso. Hal ini hanya mungkin dicapai jika ditunjang oleh setidaknya dua strategi Pembangunan. Pertama, Pembangunan yang berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia (human resource).
Bagaimanapun, alam Bondowoso memiliki keterbatasan. Oleh sebab itulah, yang bisa diandalkan untuk memaksimalkan kekayaan yang terbatas adalah menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pembangunan manusia (human capital)bergantung terhadap pembangunan sektor Pendidikan. Di sini, sektor pendidikan menjadi jantung dalam pembangunan daerah. Ke depan, sektor ini harus dikelola dengan maksimal. Tidak hanya pada aspek penganggaran, tetapi juga strategi Pembangunan Pendidikan yang lebih terkoneksi dengan kebutuhan lokal.
Kedua, Bondowoso tidak bisa maju sendiri. Diperlukan jejaring luas untuk membangun kolaborasi yang produktif dalam memajukan daerah. Untuk itulah, dibutuhkan kepemimpinan yang memiliki rekam jejak kolaborasi luas tidak hanya di level nasional, tetapi juga internasional.
Ibarat pesawat, Bondowoso sudah memiliki landasan terbang. Pesawat pun juga sudah dirancang untuk siap terbang. Namun, hingga saat ini, pesawat Bernama Bondowoso ini belum juga lepas landas (take off). Penyebabnya, belum tersedianya jejaring global sebagai infrastruktur pendaratan (landing).
Menerbangkan Bondowoso
Berangkat dari tantangan dan kebutuhan Pembangunan daerah ke depan, beberapa figur yang saat ini sudah bermunculan, tentu sudah memiliki rancangan program untuk ditawarkan. Semua figur saya yakini sama sama ingin meyakinkan bahwa mereka mampu menerbangkan Bondowoso. Tetapi, pada akhirnya, cara terbaik untuk menilai kecakapan calon pemimpin adalah dengan melihat rekam jejak masing-masing (track record).
Berdasarkan pemetaan fokus strategis di atas, ada dua kriteria kunci kepemimpinan yang dibutuhkan untuk menerbangkan Bondowoso. Pertama pemimpin yang memiliki kecakapan dalam mengelola Pendidikan. Kedua, pemimpin yang memiliki jejaring luas.
Mari kita mulai dari yang pertama, Pendidikan. Ra Hamid adalah rektor Universitas Nurul Jadid (Unuja). Saat pertama dipimpin, bentuk perguruan tinggi ini masih institut. Tidak lama, sentuhan dingin Ra Hamid berdampak nyata pada transformasi Institut Agam Islam Nurul Jadid menjadi Unuja. Berbagai terobosan dibangun untuk menegaskan posisi Unuja sebagai pusat pengembangan Pendidikan tinggi berkualitas.
Unuja menjelma menjadi perguruan tinggi di bawah Kemendikburistek yang diperhitungkan. Belum lama ini, Unuja menjadi kampus NU terbaik pada tahun 2024. Penilaian ini bukan kaleng-kaleng, karena dilakukan oleh lembaga pengindeks terkemuka AD Scientific Index.
Kedua, salah satu faktor yang mengakselerasi transformasi penting di Unuja adalah kepemimpinan yang mampu membangun jejaring global. Melalui berbagai kemitraan yang dibangun dengan mitra global seperti China, Jepang dan beberapa negara lain, Unuja secara cepat menjelma seperti saat ini.
Kepiawaian dalam mengembangkan sektor Pendidikan, ditunjang oleh global networking yang luas menjadi modal penting untuk memajukan Bondowoso. Di sini, rekam jejak Ra Hamid sebetulnya memiliki keunggulan tersendiri untuk melakukan transformasi yang akseleratif. Pada akhirnya, tugas Masyarakat Bondowoso adalah memilih yang terbaik di antara beberapa yang baik.
***
*) Oleh: Ikhwan Efendi, Peneliti Aksara Institut dan Mahasiswa Doktor Universitas Islam Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id.
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected].
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Ra Hamid dan Apa yang Dibutuhkan Bondowoso
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |