TIMES BONDOWOSO, JAKARTA – Sarapan kerap disebut sebagai “makan paling penting dalam sehari”. Namun, apakah benar sarapan membantu tubuh lebih sehat dan langsing, atau sekadar mitos yang diciptakan industri makanan?
Beberapa penelitian mendukung pentingnya sarapan. Dalam studi terhadap 50.000 orang di AS selama tujuh tahun, mereka yang menjadikan sarapan sebagai porsi makan terbesar cenderung memiliki indeks massa tubuh (BMI) lebih rendah.
“Sarapan membantu meningkatkan rasa kenyang, menekan asupan kalori harian, dan memperbaiki sensitivitas insulin yang dapat menurunkan risiko diabetes,” jelas para peneliti seperti dikutip dari BBC.
Namun, studi lain menunjukkan hasil yang berlawanan. Dalam program diet 12 minggu terhadap 52 perempuan obesitas, mereka yang biasanya sarapan justru turun 8,9 kg saat berhenti sarapan, sedangkan yang biasa melewatkan sarapan kehilangan 7,7 kg saat mulai sarapan.
“Bukan sarapan yang membuat berat badan turun, tapi perubahan rutinitas yang memberi efek,” ungkap peneliti.
Para ahli juga menyoroti waktu makan. Courtney Peterson, asisten profesor ilmu gizi di University of Alabama, menegaskan, “Kontrol gula darah kita terbaik di pagi hari. Saat makan malam larut, risiko obesitas, diabetes, dan penyakit jantung melonjak.”
Ia menambahkan, meski sarapan penting, makan malam tepat waktu lebih krusial.
Menurut ahli gizi Sarah Elder, sarapan dapat membantu memulihkan energi setelah puasa semalam. “Tubuh menggunakan banyak cadangan energi untuk perbaikan sel saat tidur. Sarapan seimbang membantu mengisi ulang energi, protein, dan kalsium yang terpakai,” ujarnya.
Kesimpulannya, sarapan bermanfaat terutama bagi mereka yang lapar saat bangun tidur, tetapi kuncinya bukan hanya pada sarapan. Pola makan seimbang sepanjang hari dan menghindari makan malam larut tetap menjadi faktor utama untuk menjaga kesehatan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Sarapan: Benarkah Wajib atau Hanya Mitos?
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |