TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Berlokasi di pinggir jalan raya Tamanan-Bondowoso, Jawa Timur, seorang pria tampak sibuk merebus eceng gondok. Padahal selama ini tumbuhan tersebut jarang dimanfaatkan.
Nama pria tersebut adalah Iswahyudi, warga Desa Kalianyar, Kecamatan Tamanan, Kabupaten Bondowoso, yang tengah fokus usaha budidaya lele organik.
Tempat budidaya lele milik pria yang akrab disapa Yudi ini berada di dekat rumahnya. Tampak pelanggan membeli ikan organik yang sudah siap panen.
Kolam-kolam ikan lele di sana dipenuhi eceng gondok. Tanaman yang jadi bahan utama pakan ikan lele.
Kepada TIMES Indonesia, Iswahyudi menjelaskan, eceng gondok juga berfungsi sebagai sirkulasi air kolam sehingga air tidak perlu diganti.
“Akar eceng gondok itu dapat membunuh amonia air yang bisa jadi toksik untuk ikan. Amonia itu jadi nutrisi eceng gondok. Sejauh ini tidak ada yang memanfaatkan eceng gondok,” jelas dia, Selasa (7/1/2025).
Adapun ide menggunakan eceng gondok sebagai pakan lele yakni agar alam terutama perairan tetap lestari dari bahan-bahan kimia.
Menurutnya, di dalam kolam eceng gondok berfungsi seperti hidroponik atau fitoremediasi karena air diolah di akarnya sehingga tetap bersih dan aman untuk kesehatan ikan.
“Sebenarnya lebih bagus lagi kalau ditambah tanaman hidroponik seperti kangkung, sawi dan semacamnya itu bagus juga,” jelas dia.
Pria kelahiran 1976 ini juga memaparkan, eceng gondok bisa mengubah amonia dari kotoran ikan menjadi oksigen. Bahkan tanpa diolah, eceng gondok muda bisa dimakan lele yang sudah dewasa karena ikan tawar ini termasuk omnivora.
Adapun cara membuat pakan dari eceng gondok ini seharusnya diberi bakteri trichoderma dan difermentasi selama sebulan untuk memecah protein, vitamin dan karbohidrat agar mudah dicerna ikan.
Namun dirinya menggunakan alternatif dengan cara mencacah eceng gondok dan merebusnya sekitar 3 jam. Setelah lunak baru eceng gondok didinginkan.
Kemudian setelah itu eceng gondok dicampur EM4 sebagai mikro bakteri untuk memecah nutrisi dalam eceng gondok.
“Saat merebus kita juga masukan sayuran yang lain kalau ada. Seperti daun pepaya, bayam hingga sampah sisa makanan di dapur,” jelas dia.
Eceng gondok juga dicampur dengan ikan, atau bisa juga dicampur keong sawah. Bahkan bisa diganti limbah ikan di pasar atau limbah ayam potong sebagai sumber protein hewani.
Setelah dirasa sudah cukup, maka api dikecilkan dan kemudian dimasukkan katul yang diperoleh dari limbah selep padi.
“Katul ini sebagai perekat. Protein dan vitamin itu tadi kita lekatkan dengan katul. Limbah katul banyak dan dibuang,” jelas dia.
Dia memiliki empat kolam untuk pembesaran lele, beberapa kolam untuk indukan dan kolam untuk perkawinan karena dia fokus di pembibitannya.
Pria yang juga pecinta alam ini memaparkan, pemberian pakan organik eceng gondok tidak diberikan pada lele yang masih kecil. Saat baru lahir hanya diberi pakan cacing sutra yang dihasilkan dari limbah pembuatan tahu.
“Di Tanaman kan banyak produsen tahu. Jadi limbahnya bisa dimanfaatkan. Karena menghasilkan cacing sutra,” jelas alumnus Universitas Jember (UNEJ) tersebut.
Setelah ikan brusia 21 hari, masih diberi pakan pelet PF 1000. Baru setelah ukuran 10 centimeter, lele diberi pakan organik hingga siap panen. “Jadi tidak dikasih pakan organik sejak lahir,” imbuh dia.
Dia memanfaatkan media sosial untuk penjualan lele organik. Di awal rata-rata pembelinya dari Bondowoso kota dan Jember kota. Namun seiring berjalannya waktu, banyak warga Tamanan yang mulai mengkonsumsi lele organik.
Sementara untuk harga lele organik lebih mahal dibandingkan dengan lele non organik. Dalam sekilo, Yudi mematok harga lele organik sebesar Rp25 ribu.
Sementara untuk rasa tentu berbeda dengan lele pada umumnya. Sebab hasil penelitian kata dia, pakan sangat berpengaruh terhadap kualitas daging lele.
“Coba beli lele yang dikasih pakam ayam potong tanpa dimasak. Maka bau lelenya tetap berbau ayam potong. Kalau organik lebih sehat dan enak,” jelas dia.
Menurutnya, karena keterbatasan produksi pihaknya membatasi hanya 10 kilogram setiap hari yang dijual. “Kalau lebih saya belum bisa memenuhi untuk kualifikasi lele organik ini,” terang dia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Peternak Lele Organik di Bondowoso Manfaatkan Eceng Gondok dan Sampah sebagai Pakan
Pewarta | : Moh Bahri |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |