https://bondowoso.times.co.id/
Berita

Banyak Sapi Mati, Disnakkan Bondowoso Sebut Tak Semua PMK tapi Bisa karena BEF

Kamis, 09 Januari 2025 - 13:47
Banyak Sapi Mati, Disnakkan Bondowoso Sebut Tak Semua PMK tapi Bisa karena BEF Kondisi sapi mati yang disebut berlokasi di Wilayah Kecamatan Pujer Bondowoso (FOTO: Facebook @Bondowoso Ijen)

TIMES BONDOWOSO, BONDOWOSO – Unggahan viral menghebohkan warganet media sosial Facebook. Dalam unggahan tersebut sapi terkapar dan tiba-tiba mati diduga terjadi di Kabupaten Bondowoso.

Video tersebut diunggah oleh akun @HariYanto di grup Facebook @BondowosoIjen. Dalam unggahan tersebut dituliskan “Sapi mati, darurat PMK”.

Banyak warganet yang kemudian berkomentar bahwa di wilayahnya juga banyak kasus serupa. Dimana sapu yang awalnya sehat tiba-tiba kejang dan mati. 

Salah satunya, terjadi di Alas Sumur Kecamatan Pujer Bondowoso. “Ini kemarin di Alas Sumur,” kata salah seorang netizen sebagai dikutip TIMES Indonesia, Kamis (9/1/2025). 

Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner pada Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bondowoso, drh Cendy Herdiawan menjelaskan, bahwa dari unggahan sapi mati Medsos tersebut tidak ada gejala klinis yang mengarah ke PMK. 

Cendy mengaku telah mengutus dokter veteriner untuk mengecek di wilayah tersebut. "Tak ada gejala klinis yang mengarah ke PMK," jelas dia. 

Dia juga mengungkapkan, selain PMK belakangan juga banyak kasus Bovine Ephemeral Fever (BEF) atau demam tiga hari.

Tetapi karena situasinya bersamaan dengan kasus PMK, masyarakat memgoras semua sapi mati terjangkit PMK. Padahal kata dia, BEF ini penyakit yang berbeda dengan PMK. 

Dia menghimbau, jika ditemukan sapi yang mengalami demam atau pun mengalami gejala-gejala klinis. Sebaiknya segera melapor kepada petugas Disnakkan. 

Dia berharap masyarakat tidak berasumsi sendiri. Jika memang benar PMK, agar bisa dilakukan penanganan sehingga tidak terlambat. 

Cendy menegaskan, bahwa PMK dan BEF bisa diobati sehingga peternak maupun pedagang tidak perlu panik. 

Menurutnya, jika menemukan sapi mengalami gejala klinis demam tiga hari. Peternak bisa melakukan seperti memberi Labu China atau pepaya tetapi harus secukupnya saja. 

"Sambil nunggu petugas bisa juga mengompres sapinya," imbuh dia. 

Medik Veteriner Kecamatan Pujer, drh. Pandu mengaku telah memberikan pelayanan pada masyarakat di Kecamatan Pujer dan Tlogosari. 

Sementara dari laporan peternak kata dia, memang beberapa ada kasus dengan demam tinggi. 

Pihaknya mendiagnosa penyakit BEF. Penyakit ini bisa menyebabkan suhu ternak bisa mencapai 41 derajat Celcius.

"Ini menyebabkan sapi ambruk secara tiba-tiba karena heat stress. Karena infeksi virus BEF," ungkap dia. 

Adapun untuk kasus di Kecamatan Pujer gejala klinis tidak terlalu mengarah ke PMK. Apalagi di sana sudah tervaksin minimal dua hingga empat kali. 

"Maka kejadian kematian mendadak seperti yang tersebar di Medsos belum tentu disebabkan PMK," jelas dia.

Dia meminta peternak segera melaporkan jika sapinya mengalami gejala klinis seperti tidak mau makan dan minum, terasa panas dan lemas. 

"Karena untuk menentukan diagnosa sebuah penyakit petugas kesehatan hewan harus melakukan pemeriksaan klinis terlebih dahulu," terang dia.(*)

Pewarta : Moh Bahri
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bondowoso just now

Welcome to TIMES Bondowoso

TIMES Bondowoso is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.