https://bondowoso.times.co.id/
Berita

Jejak Flu Singapura di Pacitan: 13 Kasus Sepanjang Tahun, Penularan Didugai Seputar Rumah

Jumat, 12 Desember 2025 - 10:23
Jejak Flu Singapura di Pacitan: 13 Kasus Sepanjang Tahun, Penularan Didugai Seputar Rumah Balita menjadi kelompok rentan tertular penyakit Flu Singapura. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMES BONDOWOSO, PACITAN – Laporan Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) yang masuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan (Dinkes Pacitan) mungkin tampak kecil hanya 13 kasus sepanjang Januari–Desember 2025. 

Namun temuan di lapangan justru menunjukkan pola penularan yang bergerak diam-diam, bahkan menembus rumah tangga yang tidak memiliki aktivitas luar yang signifikan.

TIMES Indonesia menelusuri rangkaian laporan ini melalui data puskesmas, wawancara dengan pejabat Dinkes, hingga kesaksian warga yang anaknya terinfeksi HFMD. 

Hasilnya memperlihatkan satu gambaran bahwa jumlah kasus memang tidak tinggi, tetapi pola penyebarannya menunjukkan HFMD tetap menjadi ancaman laten bagi anak-anak di Pacitan, terutama menjelang musim hujan.

Kasus HFMD tercatat dari puskesmas yang menyampaikan laporan bulanan ke Dinkes Pacitan. Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pacitan, drg. Nur Farida, mengatakan kasus tersebut tersebar di beberapa kecamatan tanpa klaster besar yang jelas.

“Untuk flu Singapura yang terlapor melalui laporan bulanan puskesmas sejumlah 13 pasien. Itu data kumulatif sejak Januari,” katanya kepada TIMES Indonesia, Jumat (12/12/2025).

Tidak ada lonjakan besar atau gelombang kasus. Namun pola muculnya sporadis. Hari ini satu kasus di kecamatan A, minggu berikutnya dua kasus di puskesmas lain. 

Pola ini mengindikasikan penularan yang terjadi di lingkup kecil, yaitu rumah, keluarga dekat, atau kelompok bermain anak.

HFMD di Pacitan: Musiman atau Fenomena ‘Silent Carrier’?

Secara medis, HFMD bukan penyakit musiman. Namun laporan dari berbagai daerah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat pada musim hujan, saat virus lebih stabil di lingkungan lembap.

Nur Farida membenarkan bahwa hal ini juga terlihat di Pacitan.

“Virusnya mudah menempel di permukaan. Mainan, meja, gagang pintu, semua bisa jadi media. Kadang orang dewasa tidak sadar membawa virus masuk ke rumah,” jelasnya.

Fenomena inilah yang disebut pakar penyakit menular sebagai silent carrying sehingga virus ikut terbawa masuk bersama aktivitas harian keluarga, bahkan tanpa adanya kontak langsung dengan pasien HFMD.

Kasus Arjosari: Anak Tak Pernah Keluar Rumah, Tapi Tetap Terinfeksi

Penelusuran TIMES Indonesia menemukan salah satu kasus menarik di Arjosari. Salwa Faeha Hanim (32) masih ingat betul kepanikan yang muncul ketika balitanya menunjukkan gejala HFMD seperti demam, sariawan, kemudian ruam merah di tangan dan kaki.

Yang membuatnya heran, sang anak hampir tidak pernah keluar rumah.

“Padahal tidak pernah berinteraksi dengan luar dan hanya di rumah saja,” kata Salwa.

Ketika membawa anaknya ke sebuah klinik, ia melihat fenomena yang sama terjadi pada beberapa anak lain.

“Di klinik itu, dalam sehari ada tiga pasien dengan gejala yang sama. Jadi memang seperti menyebar tanpa disadari,” ujarnya.

Pengalaman Salwa menguatkan dugaan Dinkes bahwa HFMD menyebar bukan hanya melalui kontak langsung antaranak, tetapi bisa dibawa dari luar oleh orang dewasa, pengasuh, atau bahkan barang yang dibawa ke rumah.

Titik Risiko Ada di Rumah, Sekolah, dan Tempat Bermain

Dalam penelusuran ke beberapa puskesmas, TIMES Indonesia menemukan beberapa pola yang konsisten:

1. Rumah dengan Aktivitas Tinggi

Keluarga dengan anggota yang sering pergi–pulang kerja, belanja, atau bertemu banyak orang lebih berisiko membawa virus ke dalam rumah. Anak-anak menjadi pihak yang paling rentan.

2. PAUD dan Kelompok Bermain

Meski tidak ada laporan klaster besar, beberapa puskesmas mencatat dua hingga tiga kasus dalam rentang waktu berdekatan yang berasal dari fasilitas pendidikan anak usia dini.

3. Tempat Konsultasi Kesehatan

Klinik atau puskesmas menjadi lokasi yang tidak bisa dihindari bagi pasien. Di tempat-tempat inilah penularan sekunder bisa terjadi jika kebersihan permukaan tidak dilakukan secara berkala.

4. Mainan dan Permukaan Benda

Hasil observasi menunjukkan banyak mainan anak di ruang tunggu klinik dan ruang bermain PAUD tidak dibersihkan setiap hari. Padahal permukaan plastik adalah tempat virus HFMD dapat bertahan lebih lama.

Pola Penularan Masih Bisa Ditahan, Asal...

Dinkes Pacitan menegaskan bahwa HFMD bukan penyakit berbahaya, tetapi memerlukan pengawasan ketat karena anak-anak mudah kehilangan cairan akibat sariawan.

Untuk memutus penularan, Dinkes merilis tujuh langkah wajib bagi keluarga dan sekolah:

  • Rutin mencuci tangan 20 detik
  • Membersihkan lepuhan anak
  • Tidak menyentuh wajah tanpa mencuci tangan
  • Membersihkan mainan dan permukaan yang sering disentuh
  • Menghindari kontak langsung dengan penderita
  • Tidak meludah sembarangan
  • Menutup mulut saat batuk dan bersin

Meski terkesan sederhana, langkah ini dipandang sebagai garis pertahanan pertama untuk mencegah penyebaran kasus.

Mengapa Kasus Tak Tinggi, Namun Tetap Perlu Waspada?

Dari hasil penelusuran lapangan, ada tiga alasan utama:

1. HFMD Menyebar Cepat di Lingkungan Anak

Kasus dapat berkembang menjadi klaster kecil jika satu anak tidak segera diisolasi dari lingkungan bermainnya.

2. Banyak Orang Dewasa Tidak Menyadari Diri sebagai Pembawa Virus

Gejala ringan atau bahkan tanpa gejala membuat virus berpindah tanpa disadari.

3. Rumah Menjadi Titik Sentral Penularan

Ketika rumah menjadi pusat aktivitas keluarga, risiko penularan di dalam rumah meningkat jika tidak dibarengi kebersihan yang ketat.

Potensi Kenaikan Kasus saat Musim Hujan

Dinkes Pacitan meminta seluruh puskesmas memperketat pemantauan kasus HFMD. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan kasus penyakit akibat virus di periode Desember–Maret.

“Memang masih kecil angkanya. Tapi kalau keluarga lengah, virus ini bisa bergerak cepat,” kata Nur Farida.

Ia juga mengingatkan bahwa tidak semua kasus dilaporkan, terutama jika orang tua memilih merawat anak di rumah tanpa memeriksakannya ke puskesmas.

“Kasus di puskesmas hanyalah bagian yang terlihat. Kami mendorong orang tua segera memeriksakan anak bila muncul gejala,” ujarnya.

Kasus Terkendali, Tetapi Penularan Berputar di Level Mikro

Kasus HFMD di Pacitan angkanya memang tidak tinggi, tetapi stabil sepanjang tahun dengan pola penyebaran lebih banyak terjadi di lingkungan rumah.

Anak bisa terinfeksi meski tidak keluar rumah. Peran dewasa sebagai pembawa virus tanpa gejala cukup besar. Potensi kenaikan kasus tetap ada di musim hujan.

Setelah adanya temuan tersebut, Dinkes Pacitan menekankan bahwa kebersihan tangan, kebersihan rumah, dan pemantauan gejala menjadi benteng utama untuk mencegah penyebaran pada anak-anak. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bondowoso just now

Welcome to TIMES Bondowoso

TIMES Bondowoso is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.